Masa Sekolah Dasar (MSD)

Wah……., pagi ini saya baru sempat nangkring di site (maklum lagi masa ngejar-ngejar Dozen untuk acc Final Paper, ….lo.. πŸ™‚ ) dan ternyata ada tugas buat bikin coretan tentang masa anak-anak oleh Pelancong Nekad, ya…tugas ini konon ceritanya dibikin berantai untuk menjalin hubungan pertemanan sesama Blogger yang lain. Jadi yang sekarang sedang saya berpikir adalah siapa yang berikutnya akan saya kasih hadiah ini,….lol πŸ™‚

Baiklah, setelah saya berusaha mengingat masa dimana saya masih serumah dengan Ibu dan Bapak (tercinta), akhirnya saya mendapati kenangan seperti ini:

Desa dimana aku lahir dan berkembang sampai kira-kira lulus sekolah dasar (SD) lah, merupakan tempat yang masih belum mengenal istilah Taman Kanak-Kanak (TK), atau TPA (Tempat Pembuangan Akhir, wesssss…. πŸ™‚ salah maksudnya: Tempat Penitipan Anak), apalagi istilah PAUD (pendidikan anak usia dini). Jadi di Desa ini tak ada anak kecil satupun yang pernah merasakan enak dan atau tak enaknya makan bangku Taman Bermain ( ngeri juga ni bahasan…… :)). Maka aku tumbuh dan berkembang hanya dengan modal kepintaran dan rajinnya Ibu mengajari aku menuliskan ejaan nama, karena syarat mutlak masuk sekolah dasar di sana adalah bisa menulis paling tidak menuliskan nama diri sendiri. Ketika aku sudah cukup lihai dan berani menunjukan kebolehan menulis nama sendiri, ketika itu pula aku katakan dengan penuh kenyakinan kepada Ibu dan Bapak, bahwa aku telah siap dan merasa tertarik untuk memulai karir bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Gunungtajem (satu-satunya sekolah negeri yang ada). Maka diantarlah aku menemui Pak guru ( kalo aku tidak salah kemudian guru ini yang menjadi wali kelas di tahun pertama aku berkair di SD, sayang namanya aku sudah lupa soalnya beliau mutasi ke sekolah lain begitu aku naik caturwulan ke II di tahun yang sama). Aku merupakan anak kedua dan anak laki-laki satu-satunya dikeluarga, jadi tingkat intelligentsia-nya pun jauh lebih baik dibanding Mbak Ani –kak pertamaku– (ha.ha.haΒ  πŸ˜‰ berbangga diri diatas penghinaan sodara kandung nih… πŸ˜‰ ), jadi aku awali karir SD-ku di tahun pertama caturwulan awal dengan mengejutkan, yakni aku mendapati ranking ke-tiga di kelas yang jumlah muridnya aku masih ingat betul, yaitu 21 siswa. Ini merupakan sejarah baru dalam keluarga. Dan di tahun & caturwulan berikutnya aku hanya mendapati ranking Enam sekali-kalinya, yaitu tahun ke lima caturwulan kedua, sisanya adalah ranking pertama atau kedua.

Tahun pertama berkarir aku bertemu dengan dua wali kelas, dan yang terakhir adalah tetangga rumahku yang menjadi wali kelas, Namanya Pak Birin (nama yang sering kami pakai untuk menyapa beliau) seorang lulusan SPG (eet….ini bukan singkatan dari Sales Promotion Girls ya, tapi Sekolah Pendidikan Guru yang hanya setingkat D3 –semoga tidak salah–) dan merupakan guru Agama di sekolah kami. Beliau orangnya sangat ramah, ketika menemui kelasnya, moment yang paling aku tunggu adalah Ia mengelus kepala setiap anak yang memang cemerlang dalam karir-nya di kelas, sembari beliau berkata ” Nah ini anak Bapak”. Sudah pasti aku tak luput dari perlakuan itu, namun jangan salah kalau belaiu sedang marah tak ada yang berani menatap muka beliau, dia memukul meja sambil berteriak “Dasar Anak bandel..!! susah diatur..!!” dengan mata yang merah. Beliau tetap menjadi wali kelasku hingga tahun kedua beres aku lewati. Beranjak ke tahun ketiga dan Empat, aku mendapati wali kelas yang waw….luar biasa, namanya Pak Watjhju(baca: Wahyu) beliau merupakan guru terlama yang belum pernah mutasi karena telah ada ketika Ibu juga masih sekolah Dasar (begitu aku diceritakan oleh Ibu). Yang masih aku inget dari beliau adalah ketika ngajar selaluΒ  bercerita dan menyampaikan pesan seperti ini: “kalian sekolah yang rajin, agar menjadi orang pintar dan tidak bodoh. Kalau jadi orang pintar nyari duit itu ndak susah”, sembari dia mengeluarkan uang yang masih gepok-kan dari dalam kantong yang berada pada ikat pinggang yang ia pake. Waktu itu aku hanya sempat berpikir sombong nya si Bapak yang satu ni, heh…., πŸ˜‰ , Beliau paling sering ngajar Matematika, dan ekspresi beliau ketika mendapati muridnya tak bisa mengerjakan latihan soal adalah –dengan nada jengkel– akan berkata: ” Dasar gak punya Otak, Boloho…! otak udang…!!”. Dan ditahun itu juga, baliau telah pensiun karena sudah sampai pada batas akhir umur sebagai PNS (meskipun kalau dari paras wajah, beliau masih kelihatan muda untuk usia seorang guru dua masa peradaban, yakni masa Ibu-ku dan masa Aku). Ketika kelas lima, tahun dimana aku menjadi ranking Enam –karir terjelek sepanjang masa di Sekolah Dasar–, aku bertemu dengan wali kelas yang hanya akan memberi nilai bagus kepada siswi perempuan yang cantik doang ha…, ha…., πŸ™‚ -ini serius-. Dan ditahun ini pula ada sorang guru Perempuan pertama yang ditugaskan dari kota ke desa ini. Seorang guru perempuan yang masih muda, lajang dan cantik –ho..ho..ho.., jadi kebanyang nih πŸ˜‰ — tapi sayang beliau berlainan keyakinan dengan semua warga di Desa, jadi tak begitu banyak bergaul. Ekh…..iya, beliau juga kemudian memutuskan untuk tinggal di rumah keluarga pak Watjhju. Meski aku tak pernah merasakan bagaimana belajar bersama ibu Guru ini, tapi aku pernah diajari beliau bernyanyi ketika hendak mengikuti sebuah perlombaan tingkat kecamatan. Setelah melalui proses seleksi yang cukup ketat (weh….jangan kebanyang seperti seleksi Indonesian Idol yang di lakukan oleh Anang yauh… πŸ˜‰ ), maka terpilihlah aku yang akan mewakili sekolah untuk lomba nyanyi lagu wajib, dan satu lagu bebas (aku masih ingat lagu bebas yang dipilihkan oleh beliau adalah Hime Guru), meskipun sebenarnya aku masih lebih mampu untuk palingtidak menjadi wakil sekolah dalam mata pelajaran Bahasa indonesia atau Pancasila tok. Tapi keputusan sudah diputuskan, dan akupun beserta beberapa rekan yang sering menjadi saingan di kelas diberangkatkan ke sekolah yang ditunjuk untuk menjadi panitia perlombaan tersebut. Namun aku memang agak sedikit nakal waktu itu, karena tidak didampingi oleh seorangpun dari para guru, maka aku menyuruh seorang teman perempuan namanya Julaiha -Anak putri Kepala Desa- ha..ha..ha.. πŸ˜‰ untuk menggantikan posisiku, jadi aku tidak mengikuti lombanya sama sekali, meski aku sudah mendapat uang transprt dan unag Jajan –kalau aku tidak salah sejumlah Rp. 11.000,- setiap siswa yang diikutsertakan– dan mungkin akan mendapat lebih jika kami menjadi juara. Selain ini aku juga pernah mewakili sekolah untuk lomba mengarang di tingkat kecamatan pada tahun yang sama, cuma dikesempatan kali kedua ini aku hanya sendiri. Hasilnya yah….., aku bukan apa-apa dibanding anak-anak Sekolah Dasar yang lain yang berada di Desa-desa lain di kecamatan ini. Kecamatan Salem, itu nama kecamaatannya.

Kecamatan yang terletak di perbatasan jawa tengah dan jawa barat, satu-satunya kecamatan di jawa tengah yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa resmi pemerintahannya –jiah….ho..ho.. ;)–. Mungkin aku juga menjadi salah satu orang jawa yang kata guru bahasa jawaku di SMA adalah “ngisin-ngisinake” (malu-maluin) karena orang jawa yang tak lancar berbahasa Jawa. Ya.., aku memang lebih menyukai mata pelajaran Kimia πŸ˜‰ daripada bahasa jawa, toh tetep tidak bisa dipungkiri kalau aku memang lahir di jawa, dan otomatis ber-gandre orang jawa. Kembali ke Kecamatan Salem, sebelah barat daya-nya kecamatan ini berbatasan langsung dengan kabupaten Kuningan, tepatnya kecamatan Cibingbin –hafal banget…, karena aku sering berkunjung dan main ke rumah saudara yang bertempat tinggal di sana–.Β  Oh…iya, hampir lupa kan?, nama desaku senidir ialah Desa Gunungtajem –mungkin selanjutnya aku ingin bercerita banyak tentang Desa Malang ini, tapi bukan sekarang okay….– sebuah desa di kaki gunung Kandang Sapi –kalau aku ndak salah mengingat, nama itu yang sering aku dengar dari Ibu atau Bapak ketika menybutnya dalam cerita– konon kata sumber yang dapat dipercaya (jiah…. πŸ˜‰ ) pernah suatu ketika ada sorang Nenek yang sedang mencari kayu bakar di hutan gunung tersebut,Β  kemudian Ia tersesat dan syukurnya diselamatkan oleh segerombolan sapi hutan liar, maka dinamailah gunung Kandang Sapi. Rumahku tepat berada diurutan rumah ke-empat dari deretan rumah yang langsung menempel pada mulut hutan (pinus) yang menghiasi pegunungan, aku masih ingat suatu ketika Mbak Ani-ku main bersama teman-temannya, untuk mencari kayu bakar lalu entah bagaimana cerita jelasnya sampai pada kondisi mereka tertidur disana dan ditemukan oleh seorang yang sedang mencari rumput untuk hewan ternaknya —dan ternyata kisah hidup masa kecilku tidak begitu luas, hanya sekitar orang-orang itu saja– karena orang yang menemukan Mbak Ani yang sedang tertidur di hutan juga adalah pak Birin (guru agama yang aku ceritakan tadi). Wah….begitu sempitnya hidup ini.

Aku juga punya tempat faporit di hutan tersebut, yang biasanya aku berkunjung hanya untuk melihat luasnya dan damainya atmosphere pegununganu, seluas memandang dan sepanjang aku menghela nafas, maka hanya warna hijau yang dapat aku jumpai. Tempat ini adalah sebuah pohon pinus yang condong dan mudah untuk dipanjat, karena sejujurnya aku ndak bisa memanjat, tapi dipohon ini aku bisa. Diam termenung kemudian berteriak adalah ritual wajib ketika berkunjung ketempat ini. –Wah….., segarnya udara dan heningnya suasana tersebut seakan hadir dihadapan mata saat ini—. Merindukan sangat saat ini aku terhadap tempat tersebut (hem..hem.. πŸ˜‰ ). Sisi lain kebiasaan unik warga di kampung ini adalah dimana kaum Ibu pergi ke hutan untuk sekedar mencari lalapan (Rendeu adalah jenis lalapn yang sering mereka cari) atau ketika datang musim penghujan maka akan banyak jamur (Supa, sebutan untuk orang kampungku) yang tumbuh di hutan pinus.

Well…..mari kembali ke tugas awal, tadi baru sampai ke tahun ke-lima kan?, kemudian tahun ke-Enamku mendapati wali kelas orang jawa tulen, ketika belaiu berbicara maka logat medok akan sangat kental keluar dari pronunciation-nya, cuma jangan pernah berani macam-macam dengan beliau –karena Dia adalah guru karate– sekali bertindak bandel maka bukan ucapan yang keluar, melinkan “Gedubrakkkkk……..!!!!” bunyi dari suara meja guru yang dia pukul di depan kelas. Seketika pernah ada kejadian beliau marah besar karena mendapati anak-anak –termasuk aku πŸ™‚ — yang sedang berebut dan berdebat tentang hasil lembar latihan pada LKS (ayo…coba apa LKS?, yupz…,Lembar Kerja Siswa), yang dicocokan dengan cara disilangkan -bertukaran- dengan teman sebangku. Namun sejujurnya –Pak Walijan– beliau juga yang telah menjadi inspirator pertama kenapa aku ingin terus berkarir di dunia pendidikan hingga sekarang bersetatus Mahasiswa semester Akhir (Ha..ha..ha… πŸ˜‰ aku malu untuk menyebutkan angka semseter-nya, soalnya semseter banyak).

Singkat cerita, berhasil-lah aku melewati setiap rintangan dan godaan yang hadir pada masa itu. Aku-pun lulus tanpa meninggalkan cacat dan derita di sekolah dasar negeri gunungtajem.

Oh……iya, aku tak menyertakan nama guru faporit karena memang bagiku semua guru di SD sangat mengesankan dan otomatis tak punya sorang guru killer-pun yang ada di sekolah. Aku adalah orang yang menyukai mata pelajaran Matematika, IPA (kemudian ketika SMA aku putuskan untuk lebih memilih Kimia sebagai Mapel Faporit) dan Bahasa Indonesia –meski info terbaru aku mendapati nilai BC untuk mata kuliah bahasa Indonesia–, kemudian sudah dapat dipastikan aku bukan tipikal murid yang suka bolos –bisa dilihat dari pencapaian karir bagus yang selama itu aku raih–, aku juga masih ingat ketika SDΒ  belum dapat uang jajan he..he..he.. πŸ˜‰ .

Yah…..seperti itu lah kira-kira apa yang masih nempel dimemori kepala ini, jika ditanyai tentang masa kecil dan berstatus pelajar di SD. Semoga bisa mempererat pertalian pertemanan sesama Blogger lainnya. Maka saya juga hendak memindahkan estapet tugas PR SD ini kepadaΒ  Mbak Yuni dan Neng Orin, semoga bisa menjadi bahan coretan dan menghasilkan karya tulis yang menarik untuk dibahas dalam comments yang kalian semua –para blogger– berikan.

28 Responses to Masa Sekolah Dasar (MSD)

  1. pertamax dulu lah…
    tar malem ru dibaca
    πŸ˜‰

  2. Orin says:

    Nah…jadi kapan nih semesternya berakhir? *ups* hihihii….
    Ternyata aku kebagian PR lg nih tidaaaakkk….

  3. waduh, Pak Wajthju (susah banget nulis namanya) galak bener…

    dapat ranking mulu nih! *jadi jengkel saya* wkwkkwkwkwk

    mantap lah dah ngerjain PR dari ku *hehehe*
    sukses buat skripsinya ya bro
    πŸ˜‰

  4. yunie says:

    Aku masih inget gak cerita SD gak yaaa… hehehehe :mrgreen:

  5. djakarta182 says:

    dapat tugas yang sama dri orang yang sama juga neh.. hahaha πŸ˜€

  6. ahsinmuslim says:

    wah seru juga ya berbagi cerita masa lalu. bisa bernostalgia ria. he..he..salam kenal sob dari ahsin di solo.

    • sarip2hamid says:

      yupz……seru banget meski pak nulis agak sedikit nyureng (mencoba mengingat kembali memori masa lalu)…tapi ketika sudah menjadi bentuk teks, yah menarik untuk di baca…..lol πŸ™‚
      salem kenal juga, Thank sudah berkunjung.

  7. hesty says:

    ingatannya bagus yah, sayah mah udah lupa2 nama gurunyah πŸ˜€

    • sarip2hamid says:

      ini juga hasil semedi kurang lebih setengah malam, he.he πŸ™‚
      yah kan ada memori yang indah dan tak, dan memori yg indah biasanya tak ingin segera terlupa, maka ada usaha untuk selalu mengingatnya.

  8. crazywrite88 says:

    wah..
    Jadi teringat jaman kecil dulu, pengen kembali lagi.
    Hehehe

  9. VinzSevenz says:

    kunjungan pertama , ditunggu kunjungan baliknya πŸ™‚
    thanks , salam persahabatan πŸ™‚

  10. iiNgreeN says:

    sepertinya ini pesan berantai yaa..

  11. Aulia says:

    ternyata blogger juga ada PR ya hehehe πŸ™‚

  12. Irfan Handi says:

    lama gak maen kemari. Makin rame aja mas bro.
    Saya juga sudah ngerjain PR SD ini.
    Salam persahabatan selalu.

  13. wah bagus mas tulisannya.. jd inget masa mudaku dulu. haha!

Tinggalkan Balasan ke sarip2hamid Batalkan balasan